CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Senin, 14 Juni 2010

Indonesia == Ngaret?


Nih sebenarnya curcol sih makanya jangan kaget kalau gaya bahasanya agak beda
                Heran, jengkel, bin mangkel kalo nglihat orang-orang yang hobiiiiii banget ngaret, masak nglihat budaya tepat waktu aja harus ke Jepang sih? Apa ngga bisa , anak Indonesia membudayakan sendiri untuk datang tepat waktu di setiap acara? Yang lebih menjengkelkan lagi , setiap janjian mau rapat, syuro dll. Pasti ada dialog gini
                “Berangkatnya jam 9 aja ya?”
                “Jangan jam 9, ntar molornya bisa sampe jm 10. Jam 7 aja, ntar biar bisa mulai jm  9 pas”
                --“
                Grrrwwwwwwhhhhhhhhhhhhhh………………………..
                Tanggung jawabnya orang-orang itu mana ya? Padahal , kalau kita janji sama seseorang ,  akad kita ngga hanya dilihat ma orang itu tapi juga dicatet sama malaikat, dilihat sama Allah. So kalau kita ngaret, Allah menyaksikan perbuatan kita smua, Ngga malu?
Lagipula, Gara-gara kebiasaan ngaret itu, orang-orang yang awalnya rajin jadi kapok untuk datang tepat waktu.
 Mikir yang jauh euy >,<

NB          :
Hihihi
                Afwan-afwan, ane emang lagi dongkol
                Kata-kata ngga enaknya ngga perlu diinget
                Ambil intinya aja
                Setiap kali kita berjanji, kita tak hanya berjanji di depan manusia tapi juga di depan Alloh jadi kita jangan sampai melanggar akad perjanjian itu. >,<

Senin, 07 Juni 2010

Sedikit Tentang Tawassul


                Berawal dari ajakan adu argumentasi oleh seorang teman di ym –ga usah disebut merknya :P- tentang hukum tawassul. Nah si teman ini berpendapat bahwa tawassul kepada orang meninggal seperti yang dilakukan orang-orang pada umumnya itu tidak haram. Namun entah kenapa, saya masih kurang sreg dengan itu.
Jika diperbolehkannya bertawassul seperti itu dinisbatkan kepada ajaran kaum nahdhiyyin, saya malah lebih tidak setuju lagi. Saya juga orang nahdhiyyin, lahir dan dibesarkan di kalangan nahdhiyyin tulen malah tidak diajari tentang diperbolehkannya tawassul di makam para wali seperti saat ini.
Tapi , karena teman saya tadi membawakan hujjah lengkap tentang diperolehkannya tawassul yang sudah terangkum dalam buku Kenali Aqidahmu, karya Habib Mundzir Al Musawwa , mau tak mau saya harus menerima pendapatnya sebab beliau berhujjah dengan hadis shahih meski sebenarnya saya masih kurang sreg dengan pendapat itu.
Mengapa Tawassul kepada orang mati tidak boleh?
Definisi Tawassul menurut buku-buku yang saya baca adalah meminta sesuatu kepada Allah melalui perantara. Sebenarnya tawassul ini sudah ada jauh sebelum Rasulullah SAW datang. Bahkan, atas dasar  tawassul salah kaprah ini  orang-orang Quraisy menyembah Hubal, Lataa, Uzza, Manatta dan berhala-berhala lainya. (Kalau anda mau sedikit melirik ke sejarah anda akan menemukan fakta bahwa nama-nama berhala itu adalah nama-nama orang shaleh yang sudah wafat dan orang quraisy memanfaatkan mereka sebagai perantara mendekatkan diri kepada Allah)
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS Az Zumar : 3)
                Sebenarnya kalau tawassul hanya sebatas meminta bantuan kepada orang-orang seperti kyai, habib, ulama dan lain sebagainya untuk didoakan sih tidak apa-apa namun kadangkala hal ini akhirnya  merembet kemana-mana dan menjadi masalah ketika sesorang menjadi bergantung kepada orang-orang tadi hingga dalam otak mereka tertanam pemikiran kalau tidak didoakan sama pak kyai, atau kalau tidak datang ke makam si mbah ini, takutnya doanya benar-benar tidak dikabulkan. Jadilah akhirnya mereka menyembah kepada sang washilah, bukan kepada Allah seperti dalam Az Zumar ayat 3 tadi.

Kalau Memang Harus Bertawassul
 

Allah berfirman :
                Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (QS Al Maidah : 35)
                Untuk tafsir ayat ini, Sufyan As Sauri telah meriwayatkan dari Talhah dari Ata dari Ibnu abbas bahwa yang dimaksud Al washilah dalam ayat ini adalah qurbah atau mendekatkan diri kepada Allah. Hal yang senada juga dikatakan oleh mujahid, Abu Wail Al Hasan, Qatadah, Abdullah ibnu katsir, As Saddi, dan Ibnu Zaid dan lain sebagainya.
                Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud ialah “Dekatkan diri kalian kepadaNya dengan taat kepadaNya dan mengerjakan hal-hal yang diridhoinya”
                Jadi Al Washilah disini tidak bermakna bertawassul terhadap makhluk, namun lebih bermakna mendekatkan diri kepada Allah dengan perantara amal baik kita dan juga taqwa.
Sesungguhnya Allah itu Dekat
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.  (Al Baqarah:186)
Allah sendiri menyatakan dalam surat di atas. Bahwa Dia dekat, dan Dia bersedia mengabulkan doa setiap orang yang berdoa meski tanpa perantara. Jadi intinya kalau Allah sudah menyatakan seperti itu, kenapa kita musti repot-repot bertawassul kepada makhluk kesana kemari?:D
Apa iya? Semua Tawassul Tidak Diizinkan?
Sebenarnya dalam Al Qur'an dan Sunnah, ada beberapa jenis tawassul yang diizinkan. Tawassul-tawassul tersebut antara lain:
1.       Tawassul dengan Asma’ul Husna
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu (QS Al A’raf :180)
        Al Qurthuby berkata tentang tafsir ayat ini, yaitu mohonlah kepada Allah dengan nama-namaNya. Dia dimohon dengan semua nama yang patut baginya. Anda mengatakan Wahai yang Mahapengasih kasihilah aku. Wahai Pemberi rizki beri aku rizki dan lain sebagainya
        Rasulullah bersabda        :
        “Sesungguhnya engkau telah memohon pada Allah dengan nama yang jika Dia dimohon dengannya, maka Dia member dan jika Dia dimohonkan dengannya, maka Dia mengabulkan” (2)

2.       Tawassul kepada Allah dengan kebaikanNya yang sudah berlalu
Ibnul Qayyim Al Jauziyah memberikan contoh doa Zakariya berikut
  
Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.(QS Maryam :4)

3.       Tawassul dengan Amal Shalih
Selain didasarkan pada surat Almaidah ayat 35, diperbolehkannya bertawassul dengan amal shalih diperkuat dengan hadist di bawah ini
Dari Abu Abdur Rahman, yaitu Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiallahu  'anhuma, katanya: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ada tiga orang dari golongan orang-orang sebelummu sama berangkat bepergian, sehingga terpaksalah untuk menempati sebuah gua guna bermalam, kemudian merekapun memasukinya. Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari gunung lalu menutup gua itu atas mereka. Mereka berkata bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan engkau semua dari batu besar ini melainkan jikalau engkau  semua berdoa kepada Allah Ta'ala dengan menyebutkan perbuatanmu yang baik-baik.
 Seorang dari mereka itu berkata: "Ya Allah. Saya mempunyai dua orang tua yang  sudah tua-tua serta lanjut usianya dan saya tidak pernah memberi minum kepada siapapun sebelum keduanya itu, baik kepada keluarga ataupun hamba sahaya. Kemudian pada suatu hari amat jauhlah saya mencari kayu - yang dimaksud daun-daunan untuk makanan ternak. Saya belum lagi pulang pada kedua orang tua itu sampai mereka tertidur. Selanjutnya sayapun terus memerah minuman untuk keduanya itu dan keduanya saya temui telah tidur. Saya enggan untuk membangunkan mereka ataupun memberikan minuman kepada seseorang sebelum keduanya, baik pada keluarga atau hamba sahaya. Seterusnya saya tetap dalam keadaan menantikan bangun mereka itu  terus-menerus dan gelas itu tetap pula di tangan saya, sehingga fajarpun menyingsinglah, Anak-anak kecil sama menangis kerana kelaparan dan mereka ini ada di dekat kedua kaki saya. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu mereka minum minumannya. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian itu dengan niat benar-benar  mengharapkan keridhaanMu, maka lapanglah kesukaran yang sedang kita hadapi dari batu besar yang menutup ini." Batu besar itu tiba-tiba membuka sedikit, tetapi mereka belum lagi dapat keluar dari gua.
Yang lain berkata: "Ya Allah, sesungguhnya saya mempunyai seorang anak paman wanita - jadi sepupu wanita - yang merupakan orang yang tercinta bagiku dari sekalian manusia - dalam sebuah riwayat disebutkan:  Saya mencintainya sebagai kecintaan orang-orang lelaki yang amat sangat kepada wanita - kemudian saya menginginkan dirinya, tetapi ia menolak kehendakku itu, sehingga pada  suatu tahun ia memperoleh kesukaran. lapun mendatangi tempatku, lalu saya memberikan seratus duapuluh dinar padanya dengan syarat ia suka menyendiri antara tubuhnya dan antara tubuhku -maksudnya suka dikumpuli dalam seketiduran. Ia berjanji sedemikian itu. Setelah saya dapat menguasai dirinya - dalam sebuah riwayat lain disebutkan: Setelah saya dapat duduk di antara kedua kakinya - sepupuku itu lalu berkata: "Takutlah engkau pada Allah dan  jangan membuka cincin - maksudnya cincin di sini adalah kemaluan, maka maksudnya  ialah jangan melenyapkan kegadisanku ini - melainkan dengan haknya - yakni dengan  perkawinan yang sah -, lalu sayapun meninggalkannya, sedangkan ia adalah yang amat tercinta bagiku dari seluruh manusia dan emas yang saya berikan itu saya biarkan dimilikinya. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian dengan niat untuk mengharapkan keridhaanMu, maka lapangkanlah kesukaran yang sedang kita hadapi ini." Batu besar itu kemudian membuka lagi, hanya saja mereka masih juga belum dapat keluar dari dalamnya.
Orang yang ketiga lalu berkata: "Ya Allah, saya mengupah beberapa kaum buruh dan semuanya telah kuberikan upahnya masing-masing, kecuali seorang lelaki. Ia meninggalkan upahnya dan terus pergi. Upahnya itu saya perkembangkan sehingga ber-tambah banyaklah hartanya tadi. Sesudah beberapa waktu, pada  suatu hari ia mendatangi saya, kemudian berkata: Hai hamba Allah, tunaikanlah sekarang upahku yang dulu itu. Saya berkata: Semua yang engkau lihat ini adalah berasal dari hasil upahmu itu, baik yang berupa unta, lembu dan kambing dan juga hamba sahaya. Ia berkata: Hai hamba Allah, janganlah engkau memperolok-olokkan aku. Saya menjawab: Saya tidak memperolok-olokkan engkau. Kemudian orang itupun mengambil segala yang dimilikinya. Semua digiring dan tidak seekorpun yang ditinggalkan. Ya Allah, jikalau saya mengerjakan yang sedemikian ini dengan niat mengharapkan keridhaanMu, maka  lapangkanlah kita dari kesukaran yang sedang kita hadapi ini." Batu besar itu lalu membuka lagi dan merekapun keluar dari gua itu.
(Muttafaq 'alaih)(3)

4.       Tawassul dengan Doa orang shalih yang masih hidup
Perlu digarisbawahi disini, kita diizinkan untuk bertawasul terhadap doa bukan terhadap orangnya. Jadi intinya kita boleh minta didoakan oleh orang shalih bukan berdoa atas nama orang shalih.
Sumber hukum diperbolehkannya tawassul jenis ini antara lain
Hadist Rasulullah
Akan datang pada kalian Uwais bin Amir bersama utusan penduduk Yaman, ia berasal dari Bani Murad kemudian Qarn. Dulu ia terkena penyakit kusta, kemudian sembuh dariNya kecuali satu bagian sebesar uang dirham. Ia memiliki ibu dan ia berbakti padanya. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah, maka Allah akan mengabulkanya. Jika engkau bisa memintanya agar ia memintakan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah(4)
“Doa seorang muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuan(saudara)nya akan terkabulkan. Di kepalanya ada satu malaikat yang ditugaskan kepadanya. Setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan kebaikan maka malaikat yang ditugaskan itu berkata Amiiin, dan engkau mendapatkan yang serupa dengannya” (5)
Nah, kenapa bertawassul kepada doa orang yang masih hidup diizinkan sedangkan bertawassul kepada doa orang mati tidak diizinkan. Dasarnya juga ada disini J
“Apabila seorang anak Adam meninggal dunia maka putuslah semua amalnya kecuali tiga perkara (yaitu) shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak-anak shalih yang mendoakannya”
Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa orang mati tak mungkin lagi mendoakan kita sebab Allah telah menentukan bahwa orang yang sudah meninggal amalnya terputus kecuali 3 perkara yang sudah disebutkan di atas. :D
Lagipula, ini juga bisa dikembalikan pada kondisi orang Quraisy dimasa sebelum kerasulan Muhammad SAW yang sudah diukiskan dalam surat Az Zumar ayat 3 tadi.

Catatan kaki
1.       Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim, Salim A Fillah
2.       Shahih Sunan Abu Dawud (1493)
3.       Riyadhus Shalihin 1
4.       Shahih Muslim (2542)
5.       Shahih Muslim (2733)
Sumber lain
1.       Tafsir Ibnul Katsir, Ibnul Katsir
2.       Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an, Al Qurthuby
3.       Badai’ at Tafsir , Ibnul Qayyim Al Jauziyah
NB
                Semua kembali kepada pembaca, saya tidak bermaksud menghalalkan atau mengharamkan sebab itu semua hanya wewenang para mujtahid :D, saya hanya memaparkan apa yang saya ketahui. Sebab tidak ada pendapat tanpa dasar. Jika ada yang salah mohon koreksi. Ok ^^d
Salam Ukhuwah :D

Selasa, 01 Juni 2010

sedikit kata tentang ukhuwah


menatap takjub berapa sosok demi sosok ombak tak takut hancur dipecah karang. itu sebab meraka insyaf diri sebagai bagian tak terpisahkan dari samudra akbar yang terus bergelora. begitulah kita dalam dekapan ukhuwah. diberikan peran sejarah oleh jamaah untuk bergerak  memberi pemandangan indah pada dunia. Tetapi kita semua hakikatnya satu ummat. sebentuk lautan. dengan keagungan tak bertepi
                                                                                        (Salim A Fillah)

Dalam dekapan ukhuwah, memberi pemandangan indah pada dunia. Dua kata yang perlu digaris bawahi saat kita melihat  kondisi kader dakwah saat ini yang mungkin tak disadari sudah sedikit tercerai hanya karena sedikit perbedaan pendapat dalam hal fiqih dakwah. Tak perlu saling tunjuk. tak perlu, sebab effeknya hanya akan mendatangkan pertentangan lagi. Yang perlu diingat, kita semua berada dalam satu ikatan yang indah, ukhuwah islamiyah. Sumber hukum kita sama, AlQuran dan Al Hadits. Semua sama. Tak ada islam radikal, moderat, fundamental, dan bla bla bla nya. Semua sama... jangan sampai terpengaruh barat yang membagi-bagi kita dengan istilah-istilah itu hingga secara tak sadar  dengan sukarela pola pikir dan tindakan kita mengikuti pengaruh barat itu, dan ujung-ujungnya adalah saling meyalahkan saudara kita sesama muslim.
Pun jika memang ada sikap yang salah, ingatkan dengan bahasa yang makruf, dengan diskusi-diskusi yang jernih.  Bukan sindiran-sindiran, ungkapan-ungkapan pedas, tulisan-tulisan media dengan judul'Membongkar borok golongan A' misalnya...sebab, cara-cara itu bukan malah menyadarkan melainkan malah melahirkan 'Amr bin Hisyam alias abu jahal zaman milenium . yang terkenal dengan gengsi nya untuk mengakui kebenaran.
Ingat, bahwa tujuan utama dakwah kita, memberi pemandangan indah pada dunia dengan tegaknya kalimat Allah. Mungkin memang sudah sunnatullah, Dia yang mengatur ada beberapa golongan yang mempersiapkan tegaknya syariat dari luar. Juga ada beberapa golongan yang mendukungnya  dengan memperbaiki dari dalam, memperbaiki akhlak para generasi muda. Memilih bergabung di bagian mana itu terserah anda yang penting luruskan niat dulu.
Jikalau suatu saat ada gesekan, selesaikan dengan kepala dingin dan kembalikan semua pada Al Qur'an dan Al Hadits. :D            
                                                                                                             SALAM UKHUWAH