CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Sabtu, 24 Juli 2010

Cinta: Apakah berbalas?

"Beginilah cara kerja sesuatu yang engkau sebut cinta; Engkau bertemu seseorang lalu perlahan-lahan merasa nyaman berada disekitarnya. Jika dia dekat, engkau akan merasa utuh dan terbelah ketika dia menjauh. keindahan adalah ketika engkau merasa ia memerhatikanmu tanpa engkau tahu. Sewaktu kemenyerahan itu meringkusmu, mendengar namanya disebut pun menggigilkan akalmu. Engkau mulai tersenyum, dan menangis tanpa mau disebut gila." (Tasaro GK, Galaksi Kinanthi)

Cinta yang belum terbalas tapi masih menghadirkan harap akibat sebuah perasaan “sepertinya dia suka sama aku” memang menyiksa. Mendatangkan penasaran. Membungakan angan “Andai dia mau denganku”, atau “Apa dia tahu perasaanku?”. Mau tak mau, pertanyaan itu akan terus muncul dalam benak kita. Setiap hari. Berganti-ganti bahkan di alam bawah sadar sekalipun.

Sikasaan itu akan lebih terasa ketika  di satu hari perhatiaannya membuat kita merasa perasaan kita berbalas, sementara di lain hari sikapnya yang ‘cuek’ mulai menghempas harap. Kadangkala terbersit hasrat untuk sekedar menanyakan perasaan. Tapi agaknya kita terlalu pemalu untuk memulai berbicara tentang rasa hingga siksaan itu terus berjalan tanpa henti.
*

Menanggapi permasalahan di atas, pernahkah kita berfikir dari dua arah, apakah cinta yang berbalas selalu sesuai dengan gambaran orang yang patah hati? Indah dan membahagiakan

Mungkin bagi sebagian orang memang iya. Namun bagi mereka yang telah menitipkan hatinya kepada Sang Pemilik Cinta, keterbalasan itu justru menghadirkan gelisah karena disatu sisi mereka takut zina hati sementara di sisi lain mereka menikmati gejolak indah yang bervariasi

Hari-hari dipenuhi keraguan. Saat kita gembira bertemu dengan "dia", di saat itu pula rasa "takut" hadir, di saat kita merindukannya, di saat itu pula kita merasa malu karena kita jarang mengingat pemiliknya, Ar-Rahman. Pergulatan batin akan jadi sangat melelahkan jika kita tidak berusaha untuk "mempertahankan" diri sekuatnya.

Bagi yang sudah diberi kemampuan untuk menikah , masalah ini mungkin akan bisa diatasi dengan mudah. Tapi bagaimana bagi yang belum mampu? Inilah ujian yang sebenarnya. Saat kita diharuskan memilih, untuk tetap lurus ataukah sedikit berbelok. Terserah pilih yang mana hanya saja ada satu hal yang perlu diingat bahwa cinta sejati tak akan pernah melawan ketentuan Ar Rahman, Sang Pemilik Cinta.

Intinya, bagi seorang yang masih ingin berada dalam koridor ketaatan dan belum diberi kemampuan untuk menikah, terbalas atau tidak sebenarnya sama saja, tak terlalu membawa pengaruh besar. Toh biarpun terbalas, kita tetap saja harus menekan perasaan ini, sebab semua belum memang belum waktunya.

Kalaupun ‘nasib baik’ berpihak dan si dia berjanji akan menikahi kita dalam tenggat waktu 2 tahun lagi, 3 tahun lagi atau bebeeerapa tahun lagi semua perlu kita pikirkan ulang. Apakah mengikat seseorang dengan ikatan yang bukan pernikahan itu ada dalam Al Qur’an? Oleh kerena itu yakinkan diri kita bahwa jika sudah pada waktunya, tanpa janji pun lelaki langit pasti akan datang menjemput bidadarinya J

Mungkin awalnya kita risau, karena perasaan ingin memiliki terus memenuhi hati tapi yakinlah Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Jika satu saat nanti kita siap menikah dan ternyata dia melamar kita ya Alhamdulillah, tapi kalau ternyata dia bukan jodoh kita, terima saja. Karena itu sudah ketentuan. Bukankah menikah dengan orang yang kita cintai adalah pilihan? Dan mencintai orang yang kita nikahi adalah kewajiban?
*
“Kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah maka cinta yang lain hanyalah upaya menunjukkan cinta padaNya. Pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki. Selamanya memberikan apa yang bisa kita berikan, selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai. (M Anis Matta)”


“Yang mereka cintai sesungguhnya adalah Allah, adalah kebenaran, adalah misi hidup mereka. Bukan orang atau benda atau bentuk apapun. Manusia hanyalah medan karya tempat cinta mengejawantah. Maka Allah memberi mereka kelezatan demi kelezatan ketika cinta mengejawantah. (M Anis Matta).”


“Ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi yang lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. Ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. Ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu (M Anis Matta)”




*
NB
Sebenernya aysha juga agak sungkan nulis cinta-cintaan mulu tapi ya mau gimana lagi. Lhawong ada yg minta –“. Dan rasanya sayang kalau tidakk didokumentasikan di blog ^^ narsis mode : on. :P wkwk ee

0 komentar: